Archives

gravatar

Pengibaran Bendera Merah Putih di Gedung Agung Yogyakarta


Menjelang peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke II (1946-red), Presiden memanggil salah seorang ajudan beliau, yaitu Bapak Mayor Laut (L) Husein Mutahar (yang kelak menyelamatkan Bendera Pusaka-red). Selanjutnya memberikan tugas untuk mempersiapkan dan memimpin upacara peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1946 di Halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta (pada tahun 1946 Ibukota RI berada di Yogyakarta-red).

Pada saat itu Bapak Husein Mutahar mempunyai pemikiran bahwa untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa maka pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda se-Indonesia. Kemudian beliau menunjuk 5 orang pemuda yang terdiri dari 3 orang putera dan 2 orang puteri perwakilan daerah yang berada di Yogyakarta. Formasi pengibaran seperti ini dilakukan sampai dengan tahun 1948.

Pada tanggal 6 Juli 1949 Presiden bersama Wakil Presiden tiba kembali di Yogyakarta dari Bangka (tempat pengasingan-red) dengan membawa kembali Bendera Pusaka. Tanggal 27 Desember 1949 dilakukan penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan di Negeri Belanda dan mengubah bentuk negara Indonesia menjadi Republik Indonesia Serikat dan menyerahkan kekuasaan di Jakarta. Sedangkan penyerahan kedaulatan dari Republik Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat dilakukan di Yogyakarta. Tanggal 28 Desember 1949 Presiden kembali ke Jakarta guna memangku jabatan sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat. Setelah empat tahun ditinggalkan, Jakarta kembali menjadi Ibukota RI dan pada hari itu juga Bendera Pusaka juga dibawa ke Jakarta.

Untuk pertama kali peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1950 diselenggarakan di Istana Merdeka, Jakarta. Bendera Pusaka Merah Putih berkibar dengan megahnya di tiang tujuh belas dan disambut dengan penuh kegembiraan oleh seluruh bangsa Indonesia.
Regu-regu pengibar dari tahun 1950-1966 dibentuk dan diatur oleh Rumah tangga Kepresidenan.


Baca Selengkapnya......
gravatar

Sejarah Bendera Pusaka


Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan pada hari Jum’at tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Setelah pernyataan kemerdekaan tersebut, untuk pertama kalinya secara resmi Bendera Kebangsaan Merah Putih dikibarkan oleh Latief Hendaningrat dan Suhud. S. Bendera tersebut merupakan hasil jahitan Ibu Fatmawati Soekarno dan selanjutnya bendera inilah yang disebut “Bendera Pusaka”

Bendera Pusaka berkibar siang dan malam ditengah hujan tembakan sampai Ibukota Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta pada tahun 1946. Pada tahun 1948 Belanda melancarkan agresi militernya. Pada waktu itu Ibukota RI berada di Yogyakarta, Bapak Husein Mutahar (Bapak Paskibraka-red) ditugaskan oleh Presiden Soekarno untuk menyelematkan Bendera Pusaka. (Penyelematan Bendera tersebut merupakan salah satu bagian dari sejarah untuk menegakan berkibarnya Sang Merah Putih di persada Ibu Pertiwi)

Untuk menyelamatkan Bendera Pusaka tersebut terpaksa Bapak Husein Mutahar harus memisahkan antara bagian yang merah serta putihnya. Akhirnya dengan bantuan Ibu Perna Dinata benang jahitan diantara Bendera tersebut berhasil dipisahkan. Selanjutnya kedua bagian tersebut masing-masing di simpan sebagai dasar pada kedua tas Bapak Husein Mutahar yang selanjutnya tas tersebut diisi dengan pakaian serta perlengkapan pribadi miliknya. Hal ihwal Bendera tersebut dipisahkan, karena pada waktu itu beliau mempunyai pemikiran bahwa setelah dipisah Bendera tersebut tidak lagi dapat dikatakan Bendera karena hanya sebatas secarik kain. Hal ini dilakukan guna menghindari penyitaan dari pihak Belanda.

Tak lama setelah Presiden menyerahkan Bendera Pusaka, Beliau ditangkap dan diasingkan oleh Belanda bersama Wakil Presiden beserta staf kepresidenan lainnya ke Muntok, Bangka Sumatera.

Sekitar pertengahan bulan Juni 1948 Bapak Husein Mutahar menerima berita dari Bapak Soejono , isi pemberitahuan itu yakni adanya surat pribadi Presiden pada dirinya yang pada pokoknya Presiden memerintahkan Bapak Husein Mutahar guna menyerahkan kembali Bendera Pusaka kepada Beliau dengan perantaraan Bapak Soejono yang selanjutnya Bendera Pusaka tersebut dibawa serta diserahkan kepada Presiden ditempat pengasingan (Muntok, Bangka).

Setelah mengetahui hal tersebut, dengan meminjam mesin jahit milik isteri seorang dokter, Bendera Pusaka yang terpisah menjadi dua bagian tersebut disatukan kembali persis pada posisinya semula, akan tetapi sekitar 2 cm dari ujung Bendera ada sedikit kesalahan jahit. Selanjutnya Bendera tersebut di serahkan kepada Bapak Soejono sesuai dengan isi surat perintah Presiden.


Baca Selengkapnya......
gravatar

Sejarah Paskibraka


Pengibar bendera untuk pertama kali adalah : Suhud dan Latif Hendradiningrat. Mengibar pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta pada saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pencetus Paskibraka pertama kali adalah H. Husein Mutahar.

Bendera
Bendera adalah Secarik kain yang memiliki ukuran dan warna tertentu dan merupakan lambang suatu negara.
Bendera Pusaka terakhir kali dikibarkan pada tahun 1968 yang pada awalnya dikibarkan pada tahun 1945. Ukuran Bendera Pusaka adalah 278 x 185 cm. Bendera Pusaka dijahit oleh Ibu Fatmawati istri dari Presiden Soekarno. Bendera Pusaka dijahit oleh tangan Ibu Fatmawati sendiri sehingga jahitan tersebut tidak rata. Bendera Pusaka terakhir kali mendampingi Bendera Duplikat pada masa pemerintahan KH. Abdurrahman Wakhid
Bendera Duplikat I dikibarkan pada tahun 1968 – 1993
Bendera Duplikat II dikibarkan pada tahun 1993 – 2018
Bendera Duplikat selanjutnya akan dikibarkan dengan selang waktu 25 tahun.

Tiang Bendera
Tinggi tiang bendera di Istana Negara adalah 17 meter. Umumnya tinggi tiang bendera adalah 15 meter, dan tiang bendera harus lebih tinggi dari pada bangunan di tempat tiang bendera tersebut berada.

Paskibraka
Paskibraka ( Pasukan Pengibar Bendera Pusaka ) terdiri dari :
- Pasukan Inti : Pasukan 8 yang terdiri dari 8 orang Paskibraka dan 4 orang PATAKA dari Paspampres
- Pasukan Pengiring : Pasukan 17 yang terdiri dari 21 orang dan 1 orang Danpok (Komandan Kelompok)
- Pasukan Pengawal : Pasukan 45 yang terdiri dari 40 orang dari Paspampres dan 1 orang selaku Danpas (Komandan Paskibraka)
Pada awalnya Pasukan Pengibar Bendera yang dibentuk oleh H. Husein Mutahar diberi nama :
a. RUKIBRA (Regu Pengibar Bendera) : terdiri dari 5 orang (3 putri dan 2 putra)
b. PASKERAKA (Pasukan Pengerek Bendera Pusaka) diawali pada tahun 1967 – 1972
c. PASKIBRAKA (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka) pencetus nama ini adalah Idiq Sulaiman.

Baca Selengkapnya......
gravatar

Pengurus PPI Kota Banjarbaru Periode 2009-2010

Ketua Umum : Rahmat Suryani
Wakil ketua I : Egi Ferdiano
Wakil Ketua II : M. Sadiqul Alim
Wakil Ketua III : Titik Puriyanti
Sekretaris : Reza Dwiyana Feranica
Wakil Sekretaris : Dwi Agus Priyanto
Bendahara : Dewi Safarina
Wakil Bendahara : Erick Persada Sianipar

Bidang Bina Organisasi dan Pendidikan : Aswan Solihin
Galih Cipta Anugrah
Dita Permatasari
Verawati Cahaya
Arifia Nurrahmi
Resky Pangestu M.
Dedy Rahman

Bidang Pengkaderan dan kepaskibrakaan : Alfonsius Louis Djeke
Aditya Dinta Masmitra
Siko sesaria Putra Suma
Bangga Parnadin Sidauruk
Eko Santoso
Diah Indra Rini
Dian Lati Utami

Bidang Usaha dan Dana : M. Dedy Dwi Prasetyo
Mushawwir Sudirman
Delvi Marintan Sirait
Dini Agustina
Devi Rahma Jayanti
Latifani Indah P. Sari
Mahrita Safitri
Fras Hinang H. R.
Ratno Ari Susanto
Hartomi Taher

Bidang Umum dan Kesekretariatan : Indah Noviana
Agung Dedeh Walehno
Shafrian Mubarok
Elisa Riris Marpaung
Sofi Wahyuni
Winda Haryati
Jody Hartoto Prayogo

Bidang Humas dan Sosial : Haryono
Dionisius Maryoga P.
M. Sukma Ismail
Christovorus Valentino
R. Doddy Priyatna
Ade Prastiyo
Fikri Pani
Widyaningsih
Galuh Suari Ari Dharma

Baca Selengkapnya......